
Oleh: Andi Muhammad Jufri, M.Si, Praktisi Pembangunan Sosial
"Suasana di kota santri, asyik senangkan hati. Tiap pagi dan sore hari, muda-mudi berbusana rapi, menyandang kitab suci,
hilir-mudik silih berganti, pulang-pergi mengaji"
"Duhai Ayah Ibu, berikanlah izin daku,
untuk menuntu ilmu, pergi ke rumah guru,
mondok di kota santri, banyak ulama kiyai,
tumpuan orang mengaji. Mengkaji ilmu agama, bermanfaat di dunia, menuju hidup bahagia, sampai di akhir masa"
Kedua pragraf di atas, adalah lirik lagu "Kota Santri" yang diciptakan oleh Haji Suhaemi dan dipopulerkan oleh grup musik Nasida Ria, era 1980-an. Lagu ini, terinspirasi dengan suasana dan aktivitas para santri di Kaliwungu, Kendal, yang merupakan "kota santri".
Bila bulan ramadhan tiba, lagu "kota santri" populer di mana-mana. Pada tahun 2004, Anang Hermansyah bersama Krisdayanti, merilis lagu ini, dengan mengubah judul menjadi "Suasana di Kota Santri". Pada tahun 2010, Anang Hermansyah bersama Syahrini merilis ulang lagu tersebut.
Lirik pragraf pertama pada lagu "Kota Santri" memberikan makna tentang penampilan fisik dan gaya santri yang khas dan unik. Santri laki-laki berpakaian dominan dengan sarung, baju koko, dan peci atau kopyah. Biasa juga membawa tasbih di tangan atau dikalungkan di leher, yang digunakan untuk berdzikir. Gaya pakaian santri yang sederhana dan ikonik dari dulu, kini berkembang lebih modern namun tetap syar'i, mempertahankan unsur kesederhanaan dan kesopanan, seperti tetap memakai sarung atau celana panjang bahan dan baju koko, dan kemudian memadukan atau menkombinasikan dengan sentuhan fashion modern seperti elemen kasual atau streetwear seperti celana jeans dan sneakers, serta lebih beragamnya model pakaian seperti celana dan baju koko slim fit.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: