
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Calon Presiden di Pilpres 2024, Anies Baswedan menyoroti argumen mengapa orang miskin punya banyak anak. Ia berpendapat, pertanyaan itu sering muncul, kadang dengan nada sinis.
"Tapi mari jeda sejenak dan coba memahami dari sudut pandang mereka. Di dunia yang keras dan tak pasti, keputusan itu sering lahir dari naluri bertahan, bukan sekadar pilihan bebas," kata Anies lewat catatannya di akun X pribadinya, Jumat (2/5/2025).
Anies melanjutkan, saat dunia tidak memberi jaminan, tak ada pensiun, tak ada tabungan, tak ada negara yang hadir, anak menjadi satu-satunya “aset” yang bisa diandalkan. Mereka adalah harapan terakhir, yang bisa merawat, membantu pekerjaan dan ekonomi keluarga, atau sekadar menemani di usia senja.
Ketika masa depan tampak kabur, manusia cenderung menggenggam apa pun yang memberi makna hari ini. Anak-anak, dalam pelukan dan tawa mereka, menawarkan rasa berarti. Di tengah hidup yang sering membuat kecil hati, keluarga jadi ruang terakhir untuk merasa dibutuhkan.
"Punya banyak anak juga dipandang sebagai “investasi sosial”. Dalam kondisi tanpa kepastian, logika mereka sederhana, makin banyak anak, makin besar kemungkinan salah satunya bisa “naik kelas” dan menopang yang lain. Saat sistem gagal, keluarga memikul peran yang seharusnya dibagi negara," paparnya.
"Kita sering terlalu cepat menghakimi, padahal persoalan ini tak akan selesai dengan kecaman. Kemiskinan hanya bisa dipahami dan diselesaikan dengan empati. Bukan empati pasif, tapi empati yang menuntun kita memperbaiki sistem yang terlalu lama membebani yang paling lemah," sambung Anies.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: