
Oleh: Desy Selviana
(Pustakawan)
Sejak berabad silam, Makassar telah menjelma sebagai bandar niaga yang penting dalam jaringan perdagangan Asia Pasifik. Tak mengejutkan jika kota ini kemudian dikenal sebagai simpul strategis pelayaran dan ekonomi maritim nusantara.
Di tengah derasnya arus niaga regional dan global, Makassar tampil bukan semata karena keberuntungan geografis, tapi juga karena perpaduan keunggulan alam, manusia, dan pengelolaan jalur niaga yang visioner.
Letak geografis Makassar berada di jalur silang perdagangan yang menghubungkan Timur dan Barat, dari Maluku dan Papua ke Semenanjung Malaya, Jawa, Kalimantan, hingga Eropa, serta dari Cina, Jepang, dan Filipina ke Nusa Tenggara dan Australia.
Posisi ini menjadikan Makassar sebagai pintu depan perdagangan kawasan timur Nusantara, bahkan sebagai penghubung utama jalur pelayaran antara Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan.
Keunggulan pelabuhan alamnya yang teduh dan terlindungi dari badai monsun berkat gugusan pulau di sisi barat menambah daya tarik kota ini sebagai tempat persinggahan.
Sejak Malaka jatuh ke tangan VOC, arus pedagang Melayu dan internasional beralih ke Makassar, menjadikannya titik transit utama rempah-rempah dari Maluku. Aktivitas niaga pun terus tumbuh, memperkuat peran Makassar sebagai pelabuhan yang vital dalam rantai dagang Asia Tenggara.
Tak hanya karena posisinya, Makassar juga dianugerahi tanah yang subur. Sejak era pra-kolonial, kawasan ini dikenal sebagai lumbung beras timur nusantara. Setelah Belanda masuk, Makassar menjadi pusat produksi dan ekspor berbagai komoditas strategis seperti kopra, kopi, dan coklat. Kopra, secara khusus, menjadi primadona ekspor.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: