Wapres Gibran Rakabuming meninjau pelaksanaan program MBG di SMP Negeri 30 Bekasi, Jawa Barat.
FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus diterpa isu miring. Kali ini datang dari Ahmad Junaidi, relawan Yayasan Jaga Ekastare Lombok.
Ahmad secara terbuka mengkritisi pelaksanaan program tersebut. Dikatakan Ahmad, MBG justru menabrak prinsip keadilan sosial
"MBG melanggar prinsip keadilan," ujar Ahmad di trheads pribadinya @junaydfloyd (1/10/2025).
Ia mencontohkan, ada orangtua siswa di sekolah swasta yang berkecukupan malah memprotes karena anaknya tidak mendapat jatah MBG.
“Orangtua sekolah swasta yang kaya malah protes anaknya dapat MBG," sebutnya.
Sementara itu, siswa yang benar-benar membutuhkan justru masih terabaikan.
"Yang benar-benar butuh malah terbengkalai,” tegas Ahmad.
Ia juga menyinggung soal kasus keracunan massal yang terjadi di sejumlah daerah. Menurutnya, kasus yang muncul ke publik hanyalah fenomena gunung es.
“Ribuan keracunan, fenomena gunung es,” imbuhnya.
Ahmad membeberkan, banyak ahli gizi yang baru lulus (fresh graduate) memilih mengundurkan diri karena beban kerja terlalu berat.
Sementara itu, ahli gizi senior menyebut menu yang disajikan MBG tidak memenuhi standar sehat.
“Ahli gizi freshgradnya banyak resign overworked. Ahli gizi senior bersaksi menunya gak sehat,” ungkapnya.
Lebih jauh, ia menuding biaya seporsi makanan kerap ditekan hingga di bawah Rp10 ribu.
Kondisi ini diperparah dengan keterlibatan politik yang disebutnya sarat kepentingan proyek.
“Biaya seporsi banyak dimainkan di bawah 10 ribu. Politisi berebut proyek,” ucapnya.
Dalam pernyataan kerasnya, Ahmad meminta Presiden Prabowo Subianto segera turun tangan.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:


















































