Sejumlah petugas gabungan bersiap mengevakuasi korban bangunan musala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/foc.
FAJAR.CO.ID, SIDOARJO -- Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas sekaligus SAR Mission Coordinator (SMC), Laksma TNI Yudhi Bramantyo, memberikan penjelasan terkait bau anyir yang tercium di sekitar Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, pasca bangunan empat lantai ambruk.
“(Bau anyir) kan karena sudah lebih dua hari alias 48 jam (sejak kejadian), tetapi tidak terlalu (bau) kok,” kata Bramantyo kepada awak media di posko darurat, Rabu (1/10).
Sebagaimana diketahui, bangunan ponpes yang berada di Buduran, Sidoarjo, roboh saat para santri sedang melaksanakan Salat Asar rakaat kedua pada Senin (29/9) pukul 15.35 WIB. Peristiwa itu menyebabkan banyak santri terjebak di bawah puing-puing bangunan.
Hingga Rabu (1/10) malam pukul 21.00 WIB, sebanyak 108 orang tercatat menjadi korban. Dari jumlah tersebut, 5 orang dinyatakan meninggal dunia sementara 103 orang lainnya selamat.
Tim SAR gabungan saat ini terus berpacu dengan waktu emas atau golden time 72 jam sejak kejadian. Berdasarkan perhitungan, batas waktu kritis tersebut akan berakhir pada Kamis (2/10) sore.
“Golden time belum habis. Nanti kalau sudah tidak ada tanda kehidupan (termasuk bau anyir yang menyengat), kita bicarakan lebih lanjut. Yang jelas setelah ini, saya beserta tim melakukan pembersihan dan cek ulang,” tegas Bramantyo.
Sejumlah warga di sekitar lokasi juga mulai merasakan adanya bau tak sedap. Salah satunya Wahyono (57), warga Sampang, Madura, yang sejak siang berada di lokasi untuk memantau proses evakuasi.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:


















































