Ratusan Komisaris BUMN Diisi Politisi, Gerindra Terbanyak, Hanya PKS yang Tidak Dapat Jatah

3 weeks ago 24
Ilustrasi. (int)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sejak 10 tahun terakhir tampaknya dijadikan bancakan untuk para politisi dan pendukungnya.

Pasalnya, ratusan orang yang dijadikan komisaris di perusahaan milik negara adalah para politisi atau relawan yang turut andil memenangkan calon tertentu.

Hal tersebut diungkap Transparency International (TI) Indonesia saat diskusi daring bertajuk ”Komisaris Rasa Politisi: Perjamuan Kuasa di BUMN”, Selasa (30/9/2025).

Dari total 562 posisi komisaris di badan usaha milik negara atau BUMN, 165 di antaranya diisi oleh politisi.

Lebih mencengangkan lagi separuh di antaranya berlatar belakang sebagai kader Partai Gerindra.

Hal itu pun menegaskan bahwa pengisian jabatan di BUMN masih kental dengan skema patronase sebagai imbalan atas dukungan politik.

Data ini menunjukkan kuatnya indikasi praktik patronase politik dalam penentuan posisi strategis di perusahaan pelat merah.

Dalam catatan Transparency International Indonesia (TI Indonesia) hingga 30 September 2025 ada 33 wakil menteri yang rangkap jabatan wakil menteri dengan komisaris BUMN, ini belum termasuk 1 Menteri Investasi dan Hilirisasi / Kepala BKPM yang merangkap di BP Danantara dan 1 Kepala Staf Kepresidenan yang juga komisaris di PT Pertamina Hulu Energi.

Putusan MK No. 128/PUU-XXIII/2025 yang diketok pada 28 Agustus 2025 faktanya tak cukup membuat pemerintah bergeming untuk setidaknya mengurangi praktik rangkap jabatan.

Riset lanjutan pun dilakukan TI Indonesia untuk melihat komposisi komisaris BUMN yang dicurigai dijadikan sebagai tempat untuk menampung politisi dan relawan politik. TI Indonesia menyebutnya sebagai politically exposed persons (PEPs) dengan beberapa kategori yakni birokrat, politisi, profesional, akademisi, ormas, aparat penegak hukum, militer, dan mantan pejabat negara.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Situasi Pemerintah | | | |