FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kehutanan (Menhut), Raja Juli Antoni, secara terbuka menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Papua atas insiden pembakaran mahkota Cenderawasih yang dilakukan jajaran Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua.
Pernyataan itu disampaikannya dalam Kunjungan Kerja Reses Komisi IV DPR RI di Denpasar, Bali, Senin (27/10/2025) kemarin.
Raja Juli menegaskan, meskipun pemusnahan barang bukti hasil sitaan perdagangan satwa liar dilindungi merupakan langkah hukum yang sesuai prosedur, namun dari sisi budaya dan kearifan lokal, tindakan tersebut tidak tepat.
"Secara hukum tindakan tersebut benar, namun jika memperhatikan kearifan lokal," ujar Raja Juli dikutip pada Rabu (29/10/2025).
"Tindakan jajarannya tidak kontekstual yang mengakibatkan ketersinggungan masyarakat Papua,” tambahnya.
Ia menilai, tindakan bawahannya di Papua tersebut harus dijadikan pelajaran agar ke depan seluruh aparat kehutanan lebih memahami konteks sosial dan nilai budaya di tiap daerah.
Sebagai langkah yang bakal ditempuh ke depannya, Menhut berencana menggelar pertemuan daring dengan seluruh kepala BKSDA se-Indonesia.
“Saya rencana hari ini akan mengumpulkan secara Zoom seluruh BKSDA untuk menginventarisasi lagi apa yang di masyarakat itu dianggap tabu atau sakral,” ungkapnya.
Langkah ini, kata dia, penting untuk memastikan penegakan hukum di bidang konservasi tetap berjalan tanpa menyinggung nilai-nilai budaya masyarakat adat.
"Kita ingin ke depan lebih sensitif terhadap nilai-nilai lokal agar tidak ada lagi tindakan yang tanpa sengaja melukai perasaan masyarakat,” imbuhnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:


















































