
FAJAR.CO.ID -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) saat ini masih berkutat dengan ekuitas negatif. Utang Garuda Indonesia hingga kuartal I-2025 sebesar 7,89 miliar dolar AS, atau setara Rp130 triliun.
Catatan utang perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini sudah melampaui dari total nilai asetnya.
Adapun total aset Garuda Indonesia hingga kuartal I-2025 sebesar 6,46 miliar dolar AS atau setara Rp106 triliun.
Pada kuartal I-2025, catatan utang Garuda Indonesia menyusut 1,02 persen dibandingkan posisi akhir 2024 yang masih sebesar 7,97 miliar dolar AS atau setara Rp131,35 triliun.
Dari angka tersebut, total liabilitas perusahaan untuk jangka pendek sebesar 1,26 miliar dolar AS atau setara Rp20,76 triliun, dan liabilitas jangka panjang sebesar 6,63 miliar dolar AS atau setara Rp109,24 triliun.
Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia ini masih membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD76,48 juta atau Rp1,26 triliun (asumsi kurs Rp16.603 per dolar AS) per kuartal I/2025.
Berdasarkan laporan keuangan Garuda, kerugian bersih itu menyusut sebesar 9,58 persen dibandingkan kuartal I-2024 yang sebesar 87,04 juta dolar AS atau setara Rp1,43 triliun.
Penyusutan kerugian Garuda Indonesia didorong oleh kinerja pendapatan usaha yang naik 1,62 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi USD723,56 juta atau Rp12,01 triliun pada kuartal I/2025, dibandingkan USD711,98 juta atau Rp11,82 triliun pada kuartal I/2024.
Pendapatan usaha GIAA dikontribusikan terbesar dari operasi penerbangan USD668,56 juta. Kemudian, segmen usaha jasa pemeliharaan pesawat menyumbang pendapatan usaha sebesar USD95,36 juta. Lalu, pendapatan dari operasi lain-lain sebesar US$93,7 juta.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: