
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, menyebut, perseteruan antara Jokowi dan Presiden Prabowo Subianto semakin terbuka dan tidak bisa disembunyikan lagi dari publik.
Dikatakan Anthony, dinamika terbaru di tubuh TNI menjadi bukti adanya tarik-menarik kekuasaan antara keduanya.
Salah satunya soal pencopotan Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I melalui keputusan Panglima TNI tertanggal 29 April 2025.
“Publik menduga, pencopotan ini tidak lepas dari manuver politik Jokowi, yang merasa tersinggung dengan dukungan Jenderal (Purn) Try Sutrisno kepada para purnawirawan yang mengusulkan pemakzulan terhadap Gibran Rakabuming Raka,” ujar Anthony kepada fajar.co.id, Jumat (2/5/2025).
Kunto diketahui adalah putra Jenderal Try Sutrisno. Dalam pandangan Anthony, keputusan tersebut menunjukkan politik balas dendam dan sandera yang dilakukan Jokowi.
“Ini kelicikan politik. Seolah pendapat bebas dari sang ayah harus dibayar oleh si anak yang masih aktif di TNI. Padahal, keduanya adalah individu merdeka yang tidak bisa saling dimintai tanggung jawab,” tegasnya.
Namun, Anthony melihat bahwa Presiden Prabowo tidak tinggal diam. Ia menyebut Prabowo mulai menunjukkan taringnya sebagai pemimpin dengan sikap yang terukur namun menggebrak.
“Di panggung buruh, Prabowo bahkan sempat melontarkan candaan bahwa tidak akan mengganti Panglima TNI dan Kapolri dalam waktu dekat," Anthony menuturkan.
"Tapi ternyata, satu hari setelah pencopotan Letjen Kunto, muncul surat pembatalan dari Panglima TNI pada 30 April 2025,” tambahnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: