
FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Efek serangan rudal Iran ke wilayah Israel tak hanya tampak dalam kerusakan fisik, tapi juga memukul secara psikologis. Dilansir dari media Israel, Maariv, menyebutkan adanya lonjakan hingga 350 persen dalam panggilan ke pusat bantuan trauma hanya dalam hitungan jam setelah serangan terjadi.
Asosiasi Pusat Trauma Israel mencatat, banyak warga yang mengalami tekanan mental berat. Mulai dari serangan panik, tubuh yang terus gemetar, tangis yang tak terhenti, jantung berdebar kencang, hingga ketakutan yang terus terjadi.
“Orang-orang menelepon sambil menangis. Mereka bilang mereka merasa kehilangan kendali atas hidup mereka sendiri. Beberapa terlalu takut untuk membuka pintu,” kata Direktur Jenderal Asosiasi, Efrat Shafrut, dilansir Maariv pada Sabtu (21/6/2025).
Banyak dari mereka bahkan memilih bersembunyi di bunker selama berjam-jam, meski sirene bahaya telah lama berhenti berbunyi.
Menariknya, media-media Israel yang biasanya dikenal garang dan sarat dengan narasi kekuatan militer, kini banyak menampilkan sisi berbeda.
Berita-berita dipenuhi gambar tangisan, reruntuhan rumah, dan jeritan warga sipil suatu hal yang selama ini lebih sering dikaitkan dengan kondisi di Palestina.
Di tengah suasana itu, jurnalis investigasi Dandhy Laksono menyampaikan sindiran tajam melalui akun X pribadinya, @Dandhy_Laksono. Ia menyinggung bagaiamana selama ini yang disaksikan dan dirasakan dalam konflik Israel–Palestina.
“Israel dan sebagian warganya telah menghancurkan standar kemanusiaan di abad 21. Membuat pembantaian di Palestina hal rutin dan jadi konten olok-olok,” tulis Dandhy dikutip X pribadinya @Dandhy_Laksono pada Sabtu (21/6/2025).
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: