“Tantangan Pengembangan Koperasi Desa Merah Putih”

1 week ago 13
Ir. H. Abdul Ma’bud, M.M., Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Pangkajene Kepulauan

Oleh: Ir. H. Abdul Ma’bud, M.M., Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
Kabupaten Pangkajene Kepulauan

KOPERASI Desa Merah Putih merupakan manifestasi dari semangat kebangsaan yang diwujudkan dalam model ekonomi kolektif berbasis desa. Ide ini tumbuh sebagai respons terhadap dominasi ekonomi kapitalistik yang tidak selalu berpihak pada rakyat kecil, khususnya masyarakat desa.

Dalam konteks pembangunan nasional, koperasi desa seharusnya menjadi aktor utama dalam mendistribusikan kesejahteraan secara adil, menciptakan kemandirian ekonomi lokal, serta memperkuat integrasi sosial melalui prinsip gotong royong.

Namun, dalam perjalanannya, koperasi desa termasuk yang mengusung identitas 'Merah Putih', tidak lepas dari berbagai tantangan multidimensi. Tantangan tersebut mencakup aspek kelembagaan, sumber daya manusia, akses modal, teknologi, hingga dinamika politik lokal.

Tulisan ini akan menguraikan secara mendalam tantangan-tantangan tersebut serta menyodorkan strategi penguatan yang relevan.

Tantangan Pengembangan Koperasi Desa Merah Putih

  1. Kelembagaan yang Lemah

Sebagian besar koperasi desa masih dikelola secara tradisional tanpa sistem tata kelola yang modern dan transparan. Masalah umum yang dihadapi antara lain tidak adanya sistem pembukuan yang akurat, lemahnya mekanisme pengawasan internal, dan ketergantungan pada individu tertentu. Hal ini menimbulkan rendahnya kepercayaan anggota terhadap koperasi.

  1. Kurangnya Literasi dan Pemahaman tentang Koperasi

Di banyak desa, koperasi masih dipahami sebagai lembaga simpan pinjam belaka, bukan sebagai badan usaha yang dikelola oleh dan untuk anggota. Rendahnya literasi koperasi berdampak pada minimnya partisipasi aktif anggota dalam pengambilan keputusan dan penyertaan modal.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Situasi Pemerintah | | | |