Bahlil Lahadalia
FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Polemik motor brebet setelah isi Pertalite belakangan ini bikin heboh masyarakat, terutama di Jawa Timur. Banyak pengendara mengeluh motornya tiba-tiba tersendat atau sulit dinyalakan setelah mengisi bahan bakar di SPBU. Masalah itu lantas memicu keresahan dan spekulasi soal kualitas Pertalite milik Pertamina.
Situasi makin panas setelah muncul kabar bahwa beberapa SPBU swasta seperti Vivo dan BP AKR memutuskan membatalkan pembelian BBM dari Pertamina.
Di tengah ramainya isu itu, publik pun mulai menyoroti kebijakan pencampuran etanol dalam bahan bakar, yang belakangan dianggap jadi biang keladi motor brebet.
Nama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia pun langsung terseret.
“@bahlillahadalia tanggung jawab woi,” kata netizen.
“Kendaraan di negeri ini belum semuanya bisa pakai etanol ya pak, jadi jangan nyamain aturan luar negeri kalau kemampuan kita belum sama @presidenrepublikindonesia @prabowo,” komentar lainnya.
“Pecat Bahlil pak,” tambah lainnya.
Menanggapi berbagai tudingan tersebut, Bahlil Lahadalia akhirnya buka suara. Dalam forum Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 2025 yang digelar INDEF di Jakarta, Selasa (28/10/2025), ia menegaskan bahwa penggunaan etanol bukan hal baru dan sudah lazim di berbagai negara.
“Sangat tidak benar kalau ada diskusi-diskusi yang mengatakan etanol ini tidak bagus. India sudah pakai E30, Amerika sudah pakai E20, Thailand E20, bahkan di beberapa negara di Amerika itu sudah E85,” ujar Bahlil.
Ia menjelaskan, pencampuran etanol justru bagian dari upaya pemerintah menuju transisi energi berkelanjutan, sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak mentah. (Wahyuni/Fajar)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:


















































